Temukan TB |
Saya sempat tercengang ketika membaca sebuah judul berita di portal media online nasional, yang mengatakan kalau Tuberkulosis atau TB adalah penyakit mematikan setelah AIDS. Bukankah penyakit yang mematikan setelah AIDS itu Kanker ya? Yang sudah jelas dan kita tahu kalau siapa saja yang mengidap kanker, maka kesempatan hidupnya kecil, hopeless. Lalu bagaimana dengan Tuberkulosis atau TB ? Tuberkulosis adalah penyakit yang tidak terlihat di awal terjangkitnya, halah cuma batuk, halah cuma sesak napas ajah, begitulah awalnya. Diam diam menghanyutkan, diam diam mematikan, begitulah Tuberkulosis, mengerikan ya. Iya.
Bagi orang awam seperti saya, mengetahui gejala TB sangatlah penting. Seringkali meremehkan suatu penyakit namun berdampak pada kematian. Pun saya juga tidak mau kehilangan orang-orang terkasih karena kelalaian saya sebagai orang terdekatnya, karena tidak mengingatkan untuk segera berobat atau melakukan tindakan pencegahan lainnya.
Yang perlu diketahui, gejala TB adalah sebagai berikut :
- Batuk berdahak lebih dari 2 minggu.
- Demam
- Batuk darah
- Nyeri di Dada
- Berkeringat di malam hari tanpa aktifitas
- Nafsu makan dan berat badan menurun
Tuberculosis biasanya menyerang paru-paru, namun bisa menjalar ke bagian tubuh yang lain. Gejala awalnya adalah batuk. Tuberculosis(TB) bisa menyebar melalui udara, karena TB itu sendiri adalah semacam bakteri. Seperti flu, seseorang yang sedang dalam kondisi kurang fit atau imun sedang lemah, jika berdekatan dengan penderita flu (pilek) bisa dipastikan akan tertular. Sama halnya dengan Tuberkulosis, satu orang yang terjangkit TB bisa menularkan 10-15 orang. Lalu kenapa TB adalah penyakit yang berbahaya setelah AIDS?
Hampir 20 tahun sejak WHO menyatakan tuberculosis sebagai ancaman kesehatan dunia, angkanya bukannya menurun, justru semakin meningkat. Tuberculosis masih menjadi epidemic di seluruh dunia, pada tahun 2010 diperkirakan 8,8 juta orang terinfeksi dan 1,4 juta di antaranya meninggal. Berdasarkan pengamatan WHO, tahun 2012 diperkirakan 9 juta penduduk dunia menderita TB dan lebih 1,1 juta orang meninggal karena TB. Dan diperkirakan dari 9 juta orang tersebut, sekitar sepertiga diantaranya tidak terdeteksi oleh layanan kesehatan.
Temukan TB !
Di Indonesia sendiri, tuberculosis menempati urutan ketiga sebagai penyakit yang mematikan. Tuberculosis disebabkan karena adanya bakteri Mycobaterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. Penderita TB tidak bisa langsung didiagnosis, meskipun gejala awal terlihat secara fisik. Namun perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk mendiagnosa, apakah seseorang menderita TB atau tidak. Bakteri Mycobaterium tuberculosis bisa tumbuh dengan senang hati di lingkungan yang tidak bersih, rumah dengan ventilasi tidak layak dengan paparan sinar matahari yang rendah. Seseorang dengan penyakit TB bisa mentransfer bakteri ke orang lain hanya dengan bersentuhan tangan, batuk dan mempersilakan orang lain untuk memakai peralatan makannya. Sebagai daerah endemic, 80 persen penduduk Indonesia diduga pernah terpapar bakteri Mycobaterium tuberculosis. Bakteri ini bisa non aktif puluhan tahun dan aktif jika daya tahan tubuh lemah. Oleh sebab itu, penting menjaga pola makan yang baik dan menjaga asupan vitamin.
- Batuk berdahak lebih dari 2 minggu.
- Demam
- Batuk darah
- Nyeri di Dada
- Berkeringat di malam hari tanpa aktifitas
- Nafsu makan dan berat badan menurun
Tuberculosis biasanya menyerang paru-paru, namun bisa menjalar ke bagian tubuh yang lain. Gejala awalnya adalah batuk. Tuberculosis(TB) bisa menyebar melalui udara, karena TB itu sendiri adalah semacam bakteri. Seperti flu, seseorang yang sedang dalam kondisi kurang fit atau imun sedang lemah, jika berdekatan dengan penderita flu (pilek) bisa dipastikan akan tertular. Sama halnya dengan Tuberkulosis, satu orang yang terjangkit TB bisa menularkan 10-15 orang. Lalu kenapa TB adalah penyakit yang berbahaya setelah AIDS?
Hampir 20 tahun sejak WHO menyatakan tuberculosis sebagai ancaman kesehatan dunia, angkanya bukannya menurun, justru semakin meningkat. Tuberculosis masih menjadi epidemic di seluruh dunia, pada tahun 2010 diperkirakan 8,8 juta orang terinfeksi dan 1,4 juta di antaranya meninggal. Berdasarkan pengamatan WHO, tahun 2012 diperkirakan 9 juta penduduk dunia menderita TB dan lebih 1,1 juta orang meninggal karena TB. Dan diperkirakan dari 9 juta orang tersebut, sekitar sepertiga diantaranya tidak terdeteksi oleh layanan kesehatan.
Temukan TB !
Di Indonesia sendiri, tuberculosis menempati urutan ketiga sebagai penyakit yang mematikan. Tuberculosis disebabkan karena adanya bakteri Mycobaterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. Penderita TB tidak bisa langsung didiagnosis, meskipun gejala awal terlihat secara fisik. Namun perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk mendiagnosa, apakah seseorang menderita TB atau tidak. Bakteri Mycobaterium tuberculosis bisa tumbuh dengan senang hati di lingkungan yang tidak bersih, rumah dengan ventilasi tidak layak dengan paparan sinar matahari yang rendah. Seseorang dengan penyakit TB bisa mentransfer bakteri ke orang lain hanya dengan bersentuhan tangan, batuk dan mempersilakan orang lain untuk memakai peralatan makannya. Sebagai daerah endemic, 80 persen penduduk Indonesia diduga pernah terpapar bakteri Mycobaterium tuberculosis. Bakteri ini bisa non aktif puluhan tahun dan aktif jika daya tahan tubuh lemah. Oleh sebab itu, penting menjaga pola makan yang baik dan menjaga asupan vitamin.
Mycobaterium Tuberculosis dilihat dg mikroskop |
Selain seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh yang lemah, pecandu rokok menempati urutan pertama sebagai pihak yang memiliki resiko menderita tuberculosis. Resiko kematian para perokok bisa dua kali lipat dari non perokok.
Di sekitar saya banyak sekali perokok, bahkan di keluarga saya. Kakak dan ayah saya adalah perokok. Saya tidak ingin mereka menjadi korban dan terserang bakteri Mycobaterium tuberculosis. Sebagai upayanya saya dan ibu seringkali mengingatkan bagaimana bahayanya merokok. Tapi apa mau dikata, yang namanya kecanduan sulit untuk disadarkan. Apalagi upaya memerangi tuberculosis kalah dari promosi agresif iklan rokok dan industry rokok yang berkembang pesat. Meskipun di kemasan rokok sudah tercantum akibat dari menghisap rokok, tapi upaya tersebut nampaknya tidak berpengaruh besar. Hampir seperlima penduduk dunia adalah perokok dan sebagian besar Negara yang memiliki angka TB tinggi adalah Negara yang industry rokoknya maju, salah satunya ya Indonesia ini.
Memang banyak yang menyangkal kalau rokok bisa meningkatkan resiko terkena TB. Namun penelitian yang dilakukan Hsien-Ho Lin dan timnya dari Harvard School of Public Health, menunjukkan bahwa dari 100 orang yang diteliti, ditemukan yang merokok dan menderita TB sebanyak 33 orang, perokok pasif dan menderita TB 5 orang. Ini membuktikan bahwa rokok juga merupakan salah satu penyebab TB. Dr. Saskia den Boon dari KNCV Tuberkulosis Foundation di Belanda juga menuliskan kalau merokok dan TB adalah masalah kesehatanmasyarakat yang signifikan. Kaitan perokok pasif dan infeksi TB pada anak menjadikan hal ini sangat penting, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa. Bagaimana kalau putra putri kita menderita TB karena mereka tinggal di lingkungan perokok dan mereka menjadi perokok pasif.
Di sekitar saya banyak sekali perokok, bahkan di keluarga saya. Kakak dan ayah saya adalah perokok. Saya tidak ingin mereka menjadi korban dan terserang bakteri Mycobaterium tuberculosis. Sebagai upayanya saya dan ibu seringkali mengingatkan bagaimana bahayanya merokok. Tapi apa mau dikata, yang namanya kecanduan sulit untuk disadarkan. Apalagi upaya memerangi tuberculosis kalah dari promosi agresif iklan rokok dan industry rokok yang berkembang pesat. Meskipun di kemasan rokok sudah tercantum akibat dari menghisap rokok, tapi upaya tersebut nampaknya tidak berpengaruh besar. Hampir seperlima penduduk dunia adalah perokok dan sebagian besar Negara yang memiliki angka TB tinggi adalah Negara yang industry rokoknya maju, salah satunya ya Indonesia ini.
Memang banyak yang menyangkal kalau rokok bisa meningkatkan resiko terkena TB. Namun penelitian yang dilakukan Hsien-Ho Lin dan timnya dari Harvard School of Public Health, menunjukkan bahwa dari 100 orang yang diteliti, ditemukan yang merokok dan menderita TB sebanyak 33 orang, perokok pasif dan menderita TB 5 orang. Ini membuktikan bahwa rokok juga merupakan salah satu penyebab TB. Dr. Saskia den Boon dari KNCV Tuberkulosis Foundation di Belanda juga menuliskan kalau merokok dan TB adalah masalah kesehatanmasyarakat yang signifikan. Kaitan perokok pasif dan infeksi TB pada anak menjadikan hal ini sangat penting, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa. Bagaimana kalau putra putri kita menderita TB karena mereka tinggal di lingkungan perokok dan mereka menjadi perokok pasif.
Rumah sehat cegah TB |
Mengingat relevansi antara, rokok, TB dan perokok pasif, ada putri teman kantor saya yang masih berusia sekitar 1 tahun, meninggal karena menjadi perokok pasif dari sang ayah. Awalnya si kecil menderita sesak napas. Sampai pada suatu hari saat si kecil kesekian kalinya sesak napas, barulah orang tuanya (teman kantor saya) membawanya ke Rumah Sakit. Si kecil harus opname beberapa hari. Sempat di diagnosis ada bakteri yang menyerang paru-paru si gadis mungil itu. Karena penanganan yang terlambat, bakteri tersebut menjalar ke hampir seluruh tubuh. Tubuhnya yang masih ringkih itu tidak kuat melawan bakteri yang banyak. Sampai akhirnya putri kecil teman kantor saya harus tutup usia di umur yang masih kecil. Saat saya dan teman-teman sekantor ziarah baru tau kalau bakteri tersebut adalah bakteri Mycobaterium tuberculosis alias bakteri TB. Sedih dan gregetan, kenapa penanganannya terlambat.
Sebetulnya si Bapak ini kalau di rumah tidak pernah merokok. Hanya saat di kantor saja dan saat diluar rumah. Karena istrinya pun juga melarangnya untuk merokok di hadapan anak-anaknya. Tetapi teman saya ini, sebut saja namanya mas Achmad adalah seorang pecandu rokok kelas kakap. Tiap jam asap terus mengepul dari meja kerjanya. Namun, menurut dokter yang menangani si kecil ini terjadi karena racun rokok yang menempel di pakaian mas Achmad. Setelah di telusuri, ternyata saat pulang kerja, mas Achmad langsung menggendong putrinya karena alasan kangen.
Stop Rokok !
Apa sih enaknya ngerokok? Itu pertanyaan, kita-kita yang tidak merokok. Tapi untuk orang yang sudahcinta mati sama rokok, mereka jawab untuk menghilangkan stress, kalau nggak merokok nggak bisa kerja, dan yang terakhir mereka ucapkan ini urusanku, bukan urusanmu, badan-badanku, kalau yang sakit ya aku. Idih. Ya memang itu urusan mereka, tapi dampak ke kita juga jadi perokok pasif. Secara pelan-pelan mereka membunuh orang disekitarnya.
Sebetulnya si Bapak ini kalau di rumah tidak pernah merokok. Hanya saat di kantor saja dan saat diluar rumah. Karena istrinya pun juga melarangnya untuk merokok di hadapan anak-anaknya. Tetapi teman saya ini, sebut saja namanya mas Achmad adalah seorang pecandu rokok kelas kakap. Tiap jam asap terus mengepul dari meja kerjanya. Namun, menurut dokter yang menangani si kecil ini terjadi karena racun rokok yang menempel di pakaian mas Achmad. Setelah di telusuri, ternyata saat pulang kerja, mas Achmad langsung menggendong putrinya karena alasan kangen.
Stop Rokok !
Apa sih enaknya ngerokok? Itu pertanyaan, kita-kita yang tidak merokok. Tapi untuk orang yang sudahcinta mati sama rokok, mereka jawab untuk menghilangkan stress, kalau nggak merokok nggak bisa kerja, dan yang terakhir mereka ucapkan ini urusanku, bukan urusanmu, badan-badanku, kalau yang sakit ya aku. Idih. Ya memang itu urusan mereka, tapi dampak ke kita juga jadi perokok pasif. Secara pelan-pelan mereka membunuh orang disekitarnya.
Jangan menjauhi penderita TB, memang resiko adalah tertular. Tapi kita sebagai orang terdekat mereka, wajib mengingatkan ketika ada gejala-gejala TB. Wajib mengingatkan untuk rutin berobat sampai tuntas. Kita wajib melindungi diri dengan upaya pencegahan. Pakai masker. Cuci tangan dengan air dan sabun. Menjaga kebersihan lingkungan.
Untuk si penderita TB juga harus sadar diri. Pakai masker. Usahakan tidak berjabat tangan dengan orang lain. Cuci tangan dengan air dan sabun, serta hentikan kebiasaan membuang ludah, ingus dan dahak di sembarang tempat. Selain tidak sopan, juga menjadi media perantara bakteri.
Untuk si penderita TB juga harus sadar diri. Pakai masker. Usahakan tidak berjabat tangan dengan orang lain. Cuci tangan dengan air dan sabun, serta hentikan kebiasaan membuang ludah, ingus dan dahak di sembarang tempat. Selain tidak sopan, juga menjadi media perantara bakteri.
Temukan TB di sekitar kita. Orang – orang di sekitar kita terancam, kita pun juga. Angka kematian selalu meningkat tiap tahun. Jangan bilang kita orang awam, sehingga tidak tau apa-apa dan menyalahkan tenaga medis yang tidak memberikan pengarahan tentang TB. Heiii 2014 men, ada internet, buku, di sekolah dasar saya kira sudah diajarkan tentang menjaga kebersihan. Lakukan aktifitas fisik min 30 menit tiap hari, hehe untuk yang ini saya masih kurang banget :p. Di Puskesmas atau pusat layanan kesehatan sudah terpasang berbagai macam arahan tentang TB. Untuk daerah terpencil, pemerintah sudah mengupayakan dengan mengirimkan dokter/tenaga medis bantuan. Apalagi kesadaran masyarakat sekarang sudah sangat baik, dengan adanya berbagai program bantuan untuk masyarakat menengah ke bawah di daerah terpencil Indonesia. Dinas kesehatan juga sudah menggembar-gemborkan tentang bahaya TB.
Jadi mari kita optimis, supaya angka TB di Indonesia menurun. Temukan TB di sekitar kita, cegah dan tangani dengan baik.
Referensi :
http://health.kompas.com
www.tbindonesia.or.id/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
http://health.detik.com
http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2011/10/111005_tbccases.shtml
http://www.ppti.info/2011/06/hubungan-rokok-dan-tbc.html
pict from :
http://health.kompas.com/read/2012/03/27/10500486/Penyakit.Tuberkulosis.Ada.di.Sekitar.Kita
"Tulisan ini mendukung Indonesia Bebas Tuberkulosis"
Aku sudah hampir 2 minggu batuk, tapi nggak berdahak, nggak berdarah juga. Wah bahaya. Ke dokter aja deh ah.
ReplyDeletewaduh segera diperiksa aja mas, daripada tambah parah
DeleteTernyata cuma batuk biasa, masalahnya aku malas minum obat huehehehe bukannya takut pahitnya, emang sudah malas obat-obatan.
Deletekalau bgitu herbal aja.. sama ngurangin sambal, es, gorengan dll :D
Delete