Seringkali saya mendengar tentang apa yang disebut melepaskan. Melepaskan berarti membiarkan apa yang bukan milik kita atau apa yang sudah kita punya untuk bebas. Semua beranggapan bahwa melepaskan lebih baik daripada menggenggamnya, melepaskan lebih baik daripada terus dicengkram. melepaskan adalah keikhlasan tanpa batas. Memulai hal baru setelah melepaskan, tapi bukan menjamin untuk tidak melepaskan lagi.
Melepaskan ada di sekitar kita, melepaskan tak melulu tentang perasaan antar perasaan, bukankah kita melepaskan peluh dan keluh saat bersimpuh di hadapan Sang Maha Adil ? Melepaskan senyuman pagi untuk mereka yang disayangi, melepaskan kehangatan rumah untuk beraktivitas.
Tapi bukan berarti melepaskan adalah melupakan, bukan juga meninggalkan, bukan juga menghapuskan, namun melepaskan adalah menerbangkan tinggi, tinggi ke tujuannya yang lain.
Melepaskan bukan meninggalkan beban, melepaskan bukan sebuah tanggungan sedih, melepaskan bukan perkara tentang sudah ikhlas atau belum, melepaskan adalah membiarkan Tuhan meminjamnya dan membawanya untuk dibahagiakan di tempat lain.
Anggap saja ini bis kota, bis kota yang melaju kencang setelah melepaskan penumpang turun di halte, apakah bis kota menyesal ? apakah bis kota kembali menjemput ?
"hakikat cinta adalah melepaskan. semakin sejati ia, semakin tulus kau melepaskannya. percayalah, jika memang itu cinta sejati kau, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu. banyak sekali pecinta di dunia ini yang melupakan kebijaksanaan sesederhana itu. malah sebaliknya, berbual bilang cinta, namun dia menggenggamnya erat-erat." (Tere Liye) - Eliana
No comments:
Post a Comment