Ini cerita 2 tahun lalu, mungkin sudah tersamar dengan banyak cerita - cerita lain, tapi entah kenapa saya ingin menceritakannya kembali karena beberapa hari lalu saya seperti bernostalgia dengan deretan gerbong kereta komuter. Sepulang dari kantor menyusuri jalan dan menuju ke shelter, benar - benar rindu hari - hari itu, bukan rindu dengan seseorang yang ada di dalam gerbong komuter, namun rindu dengan suasana dan kebersamaan orang - orang yang ada didalamnya.
Masih sama, gerbong yang sama, kursi yang sama, gantungan tangan yang sama, orang - orang yang sama, hanya saja jadwal kereta yang sedikit bergeser beberapa menit.
Aku tak mau kisah cintaku seperti rel kereta api. mereka selalu berdampingan tapi tak pernah bersatu.
Halah quote diatas tidak ada maksud apapun, hanya sebatas quote ajah :-)
Jadi ceritanya saya nebeng motor kakak saya jadi pulangnya kepikiran untuk bernostalgia naik kereta, saya agak lupa jadwal kedatangan komuter apalagi saya naiknya dari shelter Margorejo, yang dulu biasanya naik dari St. Gubeng bareng 2 teman saya Aldhi dan Fai.
Dulu saat masih magang 6 bulan di Departemen Pendidikan Jawa Timur, kami ber3 adalah penumpang setia kereta dan selalu berdebat lucu, entah masalah beli karcis, ataupun masalah kedatangan kereta. Saat pertama kali naik kereta kami ber3 yang tidak pernah naik komuter secara mandiri (maklum biasanya sepeda motor an kemana - mana atau bersama orang tua kami) bermodal nekad dan info dari ayah saya kalau tiket komuter bisa untuk naik kereta penataran bahkan logawa 'hanya dengan menambah 1000 rupiah' (ajaran yang buruk) hehe akhirnya, kamipun beli tiket kereta komuter dan menunggu kedatangan kereta Logawa dengan penuh was was. Takutnya kami ber3 diusir dari kereta, dilempar dari kereta atau bahkan dikenai sanksi dan dipenjara. oh noo !! Ketakutan kami yang sangat beralasan, alhamdulillah kenakalan dan kenekadan kami berujung manis. hehe, Pak Kondektur datang memeriksa tiket dan kami ber3 dengan wajah 'sedikit' polos memberikan tiket komuter dengan tambahan uang 1000 rupiah (jangan dicontoh ya adek2 XD) alhamdulillah lolos.
Setelah beberapa minggu kami menjadi anggota PPT ( Para Pemalsu Tiket ) dan PSKK (Penumpang Setia Kereta Komuter ) #halah, kami jadi sudah terbiasa melakukan hal yang tidak biasa, maaf karena kami ber3 kan masih berstatus siswa (hehe alasan) dan karena kami terpengaruh dengan para penumpang kereta yang lain jurusan sidoarjo-surabaya :D yang juga melakukan hal yang sama seperti kami dan aman-aman aja kok :p (ini yang bikin bangkrut PT. KAI). Setiap pagi saya dan ke2 teman saya selalu 'nongkrong' di depan pintu, lhah kenapa ? ya karena gak kebagian tempat duduk, kalau pun ada pasti diujung stasiun, malas jalannya. Banyak penumpang sepertinya setiap hari yaa sebanyak itu aja, nambahpun paling beberapa, Oh itu Pak berkumis, Tante Cantik, Kakek Penjual Kue, Ibu Tupperware, Mas Ganteng PT. KAI, yahh itu sederet sebutan kami untuk penumpang yang lain, karena kami tidak mengenal nama mereka. Jadi kalau ada orang - orang itu pasti kami tidak akan salah kereta. #tsaah
Bisa dibilang orang - orang tersebut saling mengenal satu sama lain, bahkan di dalam kereta komuter sidoarjo-surabaya sangat terasa kekeluargaan dan kebersamaannya. Bagaimana tidak ada sekelompok ibu - ibu yang sudah menjadikan gerbong ke2, kursi tengah sebagai basecamp mereka, ada banyak kegiatan arisan, jual beli jilbab, rumpi pagi hari dan sebagainya atau bahkan berbagi makanan. Di gerbong pertama pun ada kelompok ibu - ibu sendiri yang juga tidak kalah serunya, dan di gerbong pertama inilah kakek penjual kue berada. Oh ya sekedar cerita kakek yang berwajah oriental ini ternyata sudah berjualan kue disitu lama banget, saya tidak tahu pastinya berpa lama, yang jelas ketika saya bertanya ke ayah saya yang sekitar 5-7 tahun sebelumnya sudah menjadi penumpang setia komuter juga mengenal kakek penjual kue ini, ahh lupanya aku tidak tahu namanya sampai sekarang, kira - kira sekarang ada tidak ya ?
Sedangkan gerbong terakhir sedikit cerah karena disitu bermukim cowo - cowo tampan pegawai / trainee dari PT. KAI yang selalu turun di ST. Gubeng (sama turunnya jodoh kali ya #tsaah)
Ada sedikit tragedi selama 6 bulan saya jadi PSKK ataupun waktu naik penataran dan kereta sri tanjung, benar saja kereta komuter yang saya tumpangi pernah menabrak orang 2x, kereta penataran 1x sedangkan kereta sri tanjung 1x. Untuk kereta penataran dan sri tanjung korban meninggal dunia sedangkan korban komuter menderita luka ringan dan luka berat. Alhasil saya pernah telat masuk karena hal itu dan yang paling parah saat naik Sri Tanjung saya sampai pukul 7 malam baru sampai rumah karena kereta nabrak orang di palang pintu perlintasan kereta Ramayana Mall Sidoarjo.
Banyak cerita menarik juga sempat saya temui, baru tau kalau kereta bisa mogok juga dan solusinya ? panggil mekanik bengkel ? bukanlah solusinya ganti kepala kereta/lokomotif dan itu butuh waktu lama, hadeh. Saya juga mendapat teman - teman baru selama 6 bulan itu, 2 perempuan yang juga ternyata kakak kelasnya si Fai, ahaa dan akhirnya kami juga punya base camp :p yaitu di gerbong 3 kursi tengah ^^. Pernah juga suatu ketika kereta mogok dan pergantian kepala kereta/lokomotif memerlukan waktu yang lama, jadinya kami ber3 terpaksa naik Bus yang justru menyesatkan kami di daerah Blauran. Pokoknya itu adalah pengalaman yang menurut saya luar biasa, kalau kata teman saya Pak ketua kelas Aldhi, itu perjuangan kami sebelum kami sukses. Amin Ya Robbal Alamin.
Entah mungkin karena kebiasaan naik kereta atau seperti sudah ada stempel penumpang kereta di dahi penumpang yang lain, saya jadi hafal betul mana orang yang mau naik kereta dan yang bukan. Nah lo ! Beberapa hari yang lalu karena saya tidak tau jalan tercepat menuju shelter Margorejo, akhirnya saya secara tidak sadar mengikuti seorang bapak berkumis berjalan menyusuri jalan margorejo dan menerabas parkiran Giang Margorejo, dan ternyata feeling saya benar bapak tersebut menuju ke shelter komuter Margorejo, tepat, cepat, dan aman daripada saya harus memutar ke jalan raya tambah lama :D
Well, komuter menjadi bagian hidup saya, tiket murah hanya 2000 duduk tenang (meskipun kadang harus upacara berdiri-red sampai tujuan) tapi sangat menyenangkan. Yah seandainya ada jalur kereta komuter ke arah Wonocolo atau ke arah Sukolilo tanpa harus oper ke angkot, pasti saya akan memilih kereta dan tetap menjadi PSKK sampai sekarang, duduk tenang dan pastinya bye macet ! Atau mungkin Bus way seperti di Jakarta ? atau proyek MRT ? Who knows, kota Surabaya sudah menjadi kota Metropolitan, transportasi yang ideal dan nyaman. #mimpibesar
Aaaak, perjalanan pulang dari kantor kemarin itu seperti nostalgia, orangnya sama ada yang masih saya hafal salah satunya Ibu tupperware dan kakak cool yang dipanggil 'tante'. Duh kangen.
Sebenarnya masih banyak kejadian menarik yang kami alami, hanya saja saya biarkan tertanam di kepala kami sebagai bentuk perjuangan dan contoh perjuangan dari orang lain yang berangkat sangat pagi demi mengejar kereta dan bersedia duduk lama di kereta untuk sampai tujuan. Penumpang kereta / penumpang public transportation adalah orang yang berjasa dalam penyelamatan bumi kita ini dari global warming. 10 jempol untuk mereka. proud !
No comments:
Post a Comment