*Rasa Suka, Rasa Benci & Tertipu
Pasai, anak kami, dua tahun empat bulan, percaya diri sekali kalau dia bisa naik tangga manapun yang dia lihat. Coba saja bilang padanya, "Nak, nanti jatuh, tinggi sekali loh tangganya." Wajahnya berubah, tatapan matanya tajam, mulutnya berseru, 'Pasai mau naek tangga! naek tangga!' Setelah negosiasi sedikit, dia akhirnya tetap naik tangga asal mau dipegangin, itu pun setelah mengatur bagaimana tangan bapaknya harus pegang tangan dia. Sebaliknya, dalam kasus yang berbeda, anak kami ini, kadang susaaah sekali disuruh makan. Ada-ada saja alasannya, "Pasai kenyang.", "Mam-nya pahit", "Asem", atau kadang nge-les tingkat tinggi, "Ibuk, pelut Pasai sakit, aduh, aduh." pura-pura pegang perut, minta berhenti makan.
Begitulah. Anak kami ini sama seperti jutaan anak2 kecil lainnya, tumbuh dengan rasa ingin tahu yang besar. Dan namanya juga anak2, apakah dia tahu sesuatu itu buruk atau baik? apakah dia paham, apa2 yg dia suka, boleh jadi amat buruk baginya--membuat celaka seperti naik tangga yg tinggi sendirian, dan sebaliknya, apa2 yg dia tidak suka, boleh jadi amat baik baginya--seperti makan yg lahap masakan lezat Ibu-nya. Rasa2nya, untuk seusianya, anak kami belum tahu mana yg baik dan mana yg buruk baginya.
Anak2 remaja di sekitar kita juga demikian. Iya, bukan? Bukankah sering kalian bertengkar dengan orang tua? Ngotot sekali ingin dibelikan sesuatu, yang kalian sangka baik2 saja, tapi tidak bagi orang tua kita. Sebaliknya, bukankah sering kalian berantem dengan orang tua? Disuruh melakukan sesuatu yg kalian amat benci, tidak seru, bosan, bikin ilfil, tapi bagi orang tua kalian, hal tersebut amat baik dan oke demi masa depan kalian. Apakah kalian merasa apa2 yg kalian suka itu benar2 baik? Dan sebaliknya, yg bikin ilfil itu benar2 buruk?
Oh tidak, orang2 dewasa di sekitar kita ternyata juga demikian. Tidak terhitung, banyak sekali orang2 yg membenci kenapa dia harus di sini, mengerjakan ini, berkutat dengan hal2 seperti ini, mengomel, mengeluh. Padahal boleh jadi hal itu amat baik baginya, sungguh amat baik. Dan sebaliknya, tidak terhitung, banyak sekali orang2 dewasa yg suka sekali melakukan sesuatu, merasa seru, keren, asyik, nggak masalah tuh, kami tahu batasannya, dsbgnya, dsgnya. Padahal boleh jadi hal itu amat buruk baginya, sungguh amat buruk.
Duhai, dalam urusan ini, sungguh sudah Allah tuliskan dalam kitab suci, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." Maka tidakkah kita mau berpikir sejenak? Orang2 yg dangkal pemahamannya, selalu menilai sesuatu dari kulit luarnya saja, dr permulaan, dikira seru, asyik kali ya (misalnya pacaran), tapi dia tidak paham boleh jadi pacaran itu amat buruk baginya. Sedangkan orang2 yg dalam pemahamannya, selalu menilai sesuatu secara lengkap, dari sisi yg tidak dipikirkan orang, dan tahu persis arahnya menuju kemana, maka meskipun dia benci, bosan, kadang tergoda hendak menyerah, tapi karena dia tahu, boleh jadi ini baik baginya, dia terus bersabar dan berdoa. Maka akan datang jodoh yg terbaik baginya.
Tentu saja hal ini tdk berlaku hanya utk rumus mencari jodoh--sy gunakan misal ini, karena banyak diantara kalian yg lebih nyambung jika itu yg dibahas. Hal ini juga berlaku utk semua bentuk rasa suka dan rasa benci yg kita miliki. Pekerjaan kita saat ini. Sekolah/kuliah kita saat ini. Larangan dan perintah orang tua. Kenapa kita sekarang ada di sini, melakukan ini, dsbgnya, dsbgnya. Rumus ini juga berlaku.
Maka selalu rajin2lah menilai. Semoga kita tidak termasuk orang2 yg tertipu.
-Darwis Tere Liye-
sumber : http://www.facebook.com/darwistereliye/posts/451815401535700
No comments:
Post a Comment