1. Pengertian Sistem Informasi
Manajemen
Sistem
adalah Suatu susunan yang teratur dari kegiatan – kegiatan yang saling
berkaitan dan susunan prosedur – prosedur
yang saling berhubungan, yang melaksanakan dan mempermudah kegiatan –
kegiatan utama organisasi/institusi.
Informasi
adalah data yang telah diproses/diolah sehingga memiliki arti atau manfaat yang
berguna bagi penggunanya. Yang dimaksud data disini merupakan fakta-fakta ,
angka-angka atau statistic – statistic yang jika dikumpulkan dapat menghasilkan
kesimpulan.
Manajemen
sebagai proses, manajemen adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan secara bersama-sama atau melibatkan orang lain demi mencapai
tujuan yang sama. Sebagai subyek, manajemen adalah orang (atau orang – orang)
yang melaksanakan kegiatan tersebut.
Dari
analisa pengertian diatas, bisa disimpulkan bahwa Sistem Informasi Manajemen
adalah jaringan prosedur pengolahan data yang dikembangkan dalam suatu system
(terintegrasi) dengan maksud memberikan informasi (yang bersifat intern dan
ekstern) kepada manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan. Berbeda dengan
Sistem Informasi biasanya karena Sistem Informasi Manajemen digunakan untuk
menganalisis system informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional
organisasi serta mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen
(perencanaan, penggerakan, pengorganisasian, dan pengendalian).
2. Kegunaan Sistem informasi manajemen
untuk umat manusia
-
Mempermudah pekerjaan manusia secara
teknis dan keakuratan.
-
Mengurangi kesalahan manusia dalam
pekerjaan.
-
Pemrosesan data lebih cepat karena
diolah dengan tepat
-
Ada kemungkinan backup data jika ada
suatu data yang hilang.
Sistem
Informasi manajemen yang sering saya gunakan adalah system informasi inventory,
system informasi ini digunakan di kantor saya untuk mengetahui informasi stok
voucher pulsa dan stok minuman dingin yang merupaka usaha sampingan tempat
kerja saya. Hamper setiap hari saya login ke system informasi ini, untuk
melihat, mengecek, menambahkan atau mengurangi jumlah stok barang yang masuk
dan keluar.
3. Sejarah Sistem Informasi Manajemen
Diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yg lalu. Hal ini dibuktikan dgn adanya
piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lbh dari 100.000 orang
selama 20 tahun. Piramida Giza tdk akan berhasil dibangun jika tdk ada
seseorang yg merencanakan apa yg harus dilakukan, mengorganisir manusia serta
bahan bakunya, memimpin & mengarahkan para pekerja, & menegakkan
pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai
rencana.
Pembangunan piramida ini tdk
mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yg merencanakan, mengorganisasikan
& menggerakan para pekerja, & mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen
lainnya dpt disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yg ketika
itu menjadi pusat perekonomian & perdagangan di sana. Penduduk Venesia
mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis & melakukan byk kegiatan yg lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang
diluncurkan sepanjang kanal & pd tiap-tiap perhentian, bahan baku &
tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dgn model lini
perakitan (assembly line) yg dikembangkan oleh Hanry Ford ukt merakit
mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem
penyimpanan & pergudangan ukt memantau isinya, manajemen sumber daya
manusia ukt mengelola angkatan kerja, & sistem
akuntansi ukt melacak pendapatan & biaya.
Daniel
Wren membagi
evolusi pemikiran manajemen dalam 4 fase, yaitu pemikiran awal, era manajemen
sains, era manusia sosial, & era moderen.
Pemikiran Awal Manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi
2 peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi
pd tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The
Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yg
akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke
dalam tugas-tugas yg spesifik & berulang. Dengan menggunakan industri
pabrik peniti sbg contoh, Smith mengatakan bahwa dgn sepuluh orang perusahaan peniti dpt menghasilkan kurang lbh 48.000 peniti dalam sehari. Akan
tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian
pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti
sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dpt meningkatkan produktivitas
dgn meningkatnya keterampilan
& kecekatan tiap-tiap pekerja,menghemat waktu yg terbuang
dalam pergantian tugas, & menciptakan
mesin & penemuan lain yg dpt menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yg
memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adl Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya
penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yg berakibat pd pindahnya
kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yg disebut pabrik.
Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yg dpt membantu mereka meramalkan permintaan,
memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kpd bawahan,
mengarahkan kegiatan sehari-hari, & lain-lain, sehingga ilmu manajamen
mulai dikembangkan oleh para ahli.
Manajemen di Era Manajemen Ilmiah
Era
ini ditandai dgn berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur—seperti Henry
Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A. Halsey, & Harrington Emerson.
Manajemen
ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, dipopulerkan
oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yg berjudul Principles of
Scientific Management pd tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan
manajemen ilmiah adl “penggunaan metode ilmiah ukt menentukan cara terbaik
dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan.” Beberapa penulis seperti Stephen
Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sbg tahun lahirya teori manajemen modern.
Henry Gantt yg pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company
menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor memberi pendidikan kpd
karyawannya ukt bersifat rajin (industrious ) & kooperatif. Ia juga
mendesain sebuah grafik ukt membantu manajemen yg disebut sbg Gantt chart yg
digunakan ukt merancang & mengontrol pekerjaan.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lbh jauh oleh
pasangan suami-istri Frank & Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil
menciptakan micromotion yg dpt mencatat setiap gerakan yg dilakukan oleh
pekerja & lamanya waktu yg dihabiskan ukt melakukan setiap gerakan
tersebut.
Era ini juga ditandai dgn hadirnya teori administratif,
yaitu teori mengenai apa yg dilakukan oleh para manajer &
bagaimana cara membentuk praktik manajemen yg baik.
Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama
Henry Fayol mengajukan gagasan 5 fungsi utama manajemen: merancang,
mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, & mengendalikan.
Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sbg kerangka
kerja buku ajar ilmu manajemen pd pertengahan tahun 1950, & terus
berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip
manajemen yg merupakan dasar-dasar & nilai yg menjadi inti dari
keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman
Max Weber. Weber menggambarkan sesuatu tipe ideal organisasi yg disebut
sbg birokrasi. Bentuk organisasi yg dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yg
didefinisikan dgn jelas, peraturan & ketetapan yg rinci, & sejumlah
hubungan yg impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk “birokrasi yg
ideal” itu tdk ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut
dgn maksud menjadikannya sbg landasan ukt berteori tentang bagaimana pekerjaan
dpt dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain
struktural bagi byk organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan selanjutnya terjadi pd tahun 1940-an ketika
Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yg merupakan kombinasi dari
teori statistika dgn teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dgn
“Sains Manajemen”, mencoba pendekatan sains ukt menyelesaikan masalah dalam
manajemen, khususnya di bidang logistik & operasi. Pada tahun 1946, Peter
F. Drucker menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: “Konsep
Korporasi” (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide
Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yg menugaskan penelitian tentang
organisasi.
Manajemen di Era Manusia Sosial
Era manusia
sosial ditandai dgn lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam
pemikiran manajemen di akhir era manajemen ilmiah. Mahzab perilaku tdk
mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran
mahzab perilaku adl serangkaian studi penelitian yg dikenal sbg eksperimen
Hawthrone.
Eksperimen
Hawthrone dilakukan pd tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik
Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya
bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap
produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif
seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lbh sedikit
pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dgn tekanan kelompok,
penerimaan kelompok, serta rasa aman yg menyertainya. Peneliti menyimpulkan
bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku
kerja individu.
Kontribusi
lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yg mendapatkan
pendidikan di bidang filosofi & ilmu politik menjadi terkenal setelah
menerbitkan buku berjudul Creative Experience pd tahun 1924.[9] Follet
mengajukan sesuatu filosifi bisnis yg mengutamakan integrasi sbg cara ukt
mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa
tugas seorang pemimpin adl ukt menentukan tujuan organisasi &
mengintegrasikannya dgn tujuan individu & tujuan kelompok. Dengan kata
lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pd etika kelompok daripada
individualisme. Dengan demikian, manajer & karyawan seharusnya memandang
diri mereka sbg mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938,
Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the
Executive yg menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka ukt merangsang
orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif
pribadi & organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi “efektif-efisien”.
Menurut Barnard,
efektivitas berkaitan dgn pencapaian tujuan, & efisiensi adl sejauh mana
motif-motif individu dpt terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sbg sistem
terpadu di mana kerjasama, tujuan bersama, & komunikasi merupakan elemen
universal, sementara pd organisasi informal, komunikasi, kekompakan, &
pemeliharaan perasaan harga diri lbh diutamakan. Barnard juga mengembangkan
teori “penerimaan otoritas” didasarkan pd gagasan bahwa bos hanya memiliki
kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.
Manajemen di Era moderen
Era moderen
ditandai dgn hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality
management) di abad ke-20 yg diperkenalkan oleh beberapa guru
manajemen, yg paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and
Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang
Amerika, dianggap sbg Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat
bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan
pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dgn
mengajukan teori 5 langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dpt
ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan,
sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, & pemanfaatan yg lbh baik atas
waktu & material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat
karena peningkatan kualitas & harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dpt bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan
meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana ukt meringkas pengajarannya
tentang peningkatan kualitas.
No comments:
Post a Comment