Friday, 28 September 2012


“Sampai pada halaman kedua suratmu, kamu yakin dia akan paham, atau setidaknya setengah memahami, berapa sulitnya perpisahan yang dilakukan sendirian.Tidak ada sepasang mata lain yang mampu meyakinkanmu bahwa ini memang sudah usai. Tidak ada kata, peluk, cium, atau langkah kaki beranjak pergi, yang mampu menjadi penanda dramatis bahwa sebuah akhir telah diputuskan bersama. Atau sebaliknya, tidak ada sergahan yang membuatmu berubah pikiran, tidak ada kata ‘jangan’ yang mungkin apabila diucapkan dan ditindakkan dengan tepat, akan membuatmu menghambur kembali dan tak mau pergi lagi. Kamu pun tersadar, itulah perpisahan paling sepi yang pernah kamu alami.”

- Dewi ' Dee' Lestari "Surat yang tak pernah sampai"

No comments:

Post a Comment

Related Posts

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...