Sedih, marah dan prihatin. Sedih, kenapa perilaku seperti
itu masih terus saja terjadi. Marah, ingin caci maki tuh para pelaku, apa
mereka tidak punya adik, anak atau saudara yang masih kecil? dasar sakit jiwa!!.
Prihatin, saya ngeri dan brebes mili
kalau dengar berita seperti ini, di negeri yang beragama ini. Masih ada aja
orang yang otaknya agak miring, sampai hati melakukan hal tersebut. Belum
hilang ingatan kita saat siswi SMU dari sebuah sekolah di Jakarta mendapat
perlakuan abnormal dari wakil kepala sekolahnya sendiri. Miris.
**
Dont do that, go away from me.. !!
Itulah yang dikatakan dek AK, anak TK sebuah sekolah
internasional di Jakarta juga mendapatkan perlakuan abnormal dari petugas
kebersihan sekolah. Nama sebuah sekolah ternyata bukan jaminan untuk membuat
anak-anak merasa nyaman dan aman. Hal – hal seperti ini sering luput dari
pengawasan sekolah, tingkat anak TK seharusnya ada dalam pengawasan tinggi,
apalagi saat mereka ke toilet. Pihak sekolah dengan kualitas internasional itu,
memang menerapkan system second home
untuk siswa-siswinya. Dengan penjagaan yang ketat, bahkan orang luar yang tidak
punya kepentingan dengan sekolah dilarang masuk, sehingga siswa merasa aman
seperti di rumah sendiri. Oleh sebab itu, pihak sekolah juga membiarkan siswa –
siswinya ke toilet sendiri, untuk memberikan ruang bebas dalam beraktivitas.
Anak – anak masih belum mengetahui mana yang buruk dan mana
yang baik, membuat mereka mudah diperdaya oleh para pelaku kejahatan. Masa
anak-anak hingga remaja merupakan masa recording
hal-hal yang terjadi pada dirinya atau aktivitas yang terjadi di sekitar mereka.
Selain itu mereka juga sangat rentan dengan trauma psikis. Sehingga jika
terjadi hal yang buruk, maka peristiwa tersebut akan selalu dikenang oleh
mereka hingga dewasa. Sungguh buruk jika apa yang terjadi pada dek AK akan
terus dikenang olehnya hingga dewasa dan menjadi trauma tersendiri untuknya.
Malahan, kemarin siang saya baca berita kalau dek AK tertular bakteri yang
menyerang kelaminnya. Astaghfirullah, pengen bejek-bejek tuh orang !@#$%^&
:’(, bentar saya tarik napas dulu, hiks… :’(
Disini peran orang – orang terdekat dan keluarga sangatlah
perlu. Memotivasi dek AK dan mengembalikan semangatnya untuk sekolah lagi, ini
butuh waktu yang lama. Mengingat trauma psikis yang dialami sangat dalam dan
menyakitkan. Dek AK sampai tidak mau
sekolah, dia sering teriak-teriak kalau malam, sering ngompol dan tidak mau
memakai celana. Keji!!!!!
Peran orang tua saat di rumah dan peran guru saat di sekolah
adalah faktor penting sebagai tindak pencegahan. Edukasi tentang seksual sudah
tidak bisa ditutupi lagi, apalagi di zaman teknologi ini. Bukan hal tabu lagi
untuk menyinggung ‘hal’ tersebut, namun tetap dalam penyampaiannya harus
dilakukan secara luwes dan sesuai dengan pemahaman anak-anak. Malah kalau bisa jangan sampai keduluan sama
internet atau televise yang terkadang penerimaan atau pemahaman anak-anak salah
tangkap.
Saya belum jadi orang tua, tetapi saya punya adik perempuan
ABG. Usia kami terpaut cukup jauh sekitar 8 tahun. Sebagai kakak perempuannya,
saya punya tanggung jawab juga untuk mengawasinya. Apalagi ibu saya juga tidak
terlalu mengerti cara pengoperasian gadget. Alhasil saya lah yang sering
intip-intip hp adek dan suka kepo juga sama akun socmednya hehe. Untunglah dia
sering sharing ke saya kalau ada hal
yang tidak dia mengerti. Biasanya selain sharing,
saya juga sedikit banyak memberikan dia edukasi dini tentang hubungan antara
cowo dan cewe, baik dalam social maupun agama. Sedikit memaksa dia untuk
membaca buku-buku remaja tentang hubungan cowo dan cewe, sejauh ini bukunya
Ustad Felix Siaw, Udah Putusin Aja! yang paling recommended untuk mengajarkan
dia tentang hal tersebut. Selain pembahasannya tidak membosankan, disertai
dengan gambar-gambar lucu dan menarik.
from goodreads |
Bersyukur saya hidup di era teknologi, dimana informasi bisa
saya dapatkan hanya sekedar klik-klik saja. Tergabung dalam Kumpulan Emak-emakBlogger (KEB) adalah sebuah keburuntungan, sangat banyak ilmu yang saya dapat
disini, baik tentang dunia blog, menulis, tentang printilan perempuan, kesehatan dan parenting. Beberapa waktu yang lalu, Mak Ida Nur Laila salah satu
member KEB membahas tentang pendidikan seksual untuk anak 0-7 tahun, serta
untuk anak 7-14 tahun. Untuk anak usia 0-7 tahun salah satunya adalah
memberikan pemahaman pada anak untuk tidak mengumbar aurat atau kemaluannya di
depan orang lain, serta mengajarkan anak untuk mengetahui bagian tubuh mana
yang wajar boleh dilihat dan dipegang, selain itu mengajarkan sopan santun juga
sangat penting. Selengkapnya bisa dibaca disini
Sedangkan untuk anak usia 7 – 14 tahun, orang tua wajib
mengajarkan tentang adab pergaulan antara teman laki-laki dan perempuan, serta
mereka harus mengerti perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Apalagi anak
lelaki, orang tua harus segera member pemahaman tentang edukasi seksual sejak
dini. Jangan malu, tentu ini semua harus dilakukan orang tua dengan luwes dan
sesuai pemahaman anak-anak, selengkapnya bisa dibaca disini. Terima kasih Mak Ida
sudah membagi ilmunya ^^.
Dunia anak-anak adalah dunia paling penting dalam tumbuh
kembang seseorang. Saya masih ingat dulu saat masih di bangku Sekolah Dasar,
ada beberapa teman yang suka jahil membuka rok. Hal inilah yang perlu diajarkan
pada anak-anak, kalau perbuatan itu tidak baik. Hehe dulu adik saya bilangi
kalau ada yang seperti ini, jangan takut buat lapor ke guru atau pukul aja
sekalian :D
Pemerintah juga sudah cepat tanggap terkait hal ini, sudah
sekitar 2-3 tahun seragam anak sekolah terutama seragam siswinya memakai rok
panjang. Ini untuk meminimalkan tindak pelecehan terhadap anak sekolah. Mengajarkan
anak-anak untuk kritis memang tidak mudah. Mereka sering takut kalau diancam
oleh seseorang. Alhasil jika terjadi sesuatu mereka seringkali diam. Tapi kita
sebagai orang dewasa yang dekat dengan mereka, seharusnya tanggap dengan
perilakunya. Gelagat anak-anak tidak bisa dibohongi. Seperti misalnya,
anak-anak jadi sering diam, sering menangis atau ketika takut sesuatu contohnya
takut pergi ke sekolah atau takut pada hal tertentu. Yang paling mencolok
adalah perubahan fisik yang terjadi pada mereka, misal kalau ada lebam atau
memar di badannya. Kita juga tidak boleh
langsung menjudge atau memarahi mereka. Ingat anak-anak itu hatinya lembut. Pendekatan
yang dilakukan harus secara berkala dan menanyai secara pelan-pelan.
“I think that the best thing we can do for our children is
to allow them to do things for themselves, allow them to be strong, allow them
to experience life on their own terms, allow them to take the subway... let
them be better people, let them believe more in themselves.” - C. JoyBell C.
Saya memang belum berkeluarga apalagi punya anak. Bukan bermaksud
untuk sok tau apalagi menggurui. Pasti nulis atau ngomong itu gampang, tapi
prakteknya susah. Apalagi ini berkaitan dengan anak-anak yang kalau tidak
ditanya diam saja, ditanya malah nangis. Namun alangkah baiknya, kita tau apa
yang harus diperbuat ketika ada anak-anak/adik-adik yang kita kenal mengalaminya.
Dan kita sebagai yang lebih tau, lebih peka terhadap sekitar. Sehingga bisa
mencegah hal ini terjadi pada mereka. Miris L.
Meskipun memang kasus seperti ini banyak sekali terjadi di Indonesia, ada kabar
juga ini terjadi di pesantren. Dan yang belum lupa adalah kasus pelecehan
seksual di salah satu universitas di Malang., tapi apa kabar para pelaku kakak
senior itu?
Semoga dek AK bisa segera pulih dari derita psikis, fisik
dan traumatik. Bisa kembali sekolah lagi dan semangat. Para pelaku sudah
seharusnya mendapat ganjaran setimpal. Pemerintah sudah menjamin keamanan warganya termasuk anak-anak, tapi apa mau dikata jumlah penduduk Indonesia banyak, jadi mungkin banyak yang kelewatan. Atau mereka sibuk mengurusi urusan mereka sendiri, anak-anak mereka sendiri. Hmm.. yang tidak bilang kayak gitu sepertinya hanya Bu Risma. Jika memang hukum belum banyak bicara,
kita harus ingat bahwa ada hukuman di akhirat yang menanti mereka. Hukuman abadi
untuk mereka yang lebih setimpal untuk mereka. Wallahualam.
"Jika saya mengurusi anak-anak rakyat, Tuhan yang akan mengurus mereka (anak-anak saya)" - Bu Risma
"Jika saya mengurusi anak-anak rakyat, Tuhan yang akan mengurus mereka (anak-anak saya)" - Bu Risma
cuma bisa comment hehe, amin ^_^, salam perkelanalan ya mbak, ditunggu kunjungan baliknya, barangakali ada yang bermanfaat di web saya, saya punya banyak vcd pembelajaran anak mbak, ini sangat cocok sekali untuk mendidik dan membangun karakter anak sejak usia dini, semoga mbak berminat ^_^ trm ksh
ReplyDeletesalam kenal juga.. ok thanks :)
DeletePertama baca beritanya, saya kaget lho, Mba Wul. Miris melihat org2 bengis, ya.
ReplyDeleteMak Ida tulisannya jos bgtt. Bisa dimanfaatkan sbg refernsi kelak ya, Mba.
betul mbak, tulisannya mak ida bisa jd panduan *nanti hehe.. mksih kunjungannya mbak :)
Deletesaya juga geram baca kejadian itu. Semoga jagan sampe ada kejaidan lagi. Dan semoga korban bisa hilang traumanya
ReplyDeleteAmin, semoga korban bisa segera pulih..
DeleteAku lihat di televisi sekarang marak pemberitaan tentang kekerasan terhadap anak,,, yang aku harapkan pelakunya harap di tindak tegas akan memberikan dampak jera dan peringatan kepada yang lainnya yang suka bertindak kasar terhadap anak.
ReplyDeleteAmin semoga pelaku mendapat hukuman yg setimpal..
Delete