Thursday 27 October 2011

Untuk Ai

Yap saya menemukan puisi berikut dari seorang penggemarnya yang khusus untuk Ai :


Story by: Queen of the Seven Seas

Malam itu sangat sunyi. Bintang bintang bertebaran di langit, berkilauan bagai permata. Rembulan tidak menampakkan wajahnya sedikitpun. Jauh di bawah langit malam, seorang gadis sedang duduk di bangku taman sendirian, tanpa ada seorangpun di sekitarnya. Gadis itu duduk sambil menatap langit yang berhiaskan bintang. Ia memakai rok hitam selutut dan jaket berwarna gelap.

Angin malam lalu bertiup dari sebelah kanannya, membawa dingin yang menusuk tulang, menandakan musim dingin akan segera tiba. Tapi gadis itu tidak peduli. Ia hanya merapatkan jaketnya tanpa beranjak dari duduknya. Angin kembali bertiup, menyibakkan rambut coklatnya. Tetap saja ia tak peduli. Angin tadi hanyalah sebuah pengganggu kecil yang tidak begitu berpengaruh.

Lalu tiba tiba, gadis itu melihat sekelilingnya. Itu adalah kali yang pertama ia melakukannya sejak sekian lama ia memandang langit malam. Gadis itu bersikap waspada sampai akhirnya ia kembali merilekskan tubuhnya, tapi pandangannya tetap ia edarkan ke sekelilingnya. Pandangannya terhenti sebentar untuk memandang pohon besar yang ada di sebelah kirinya, lalu ke arah batu besar di sebelah pohon besar itu, dan berakhir di air mancur kolam yang berada tepat di depan gadis itu. Angin kembali berembus, namun tidak sedingin sebelumnya.



Gadis itu terdiam sejenak. Memikirkan sesuatu.

Bintang

Banyak orang mengaguminya

Bersinar terang di kegelapan, seolah membawa kebahagian bagi yang terpuruk dalam kesuraman

Angin

Begitu bebas. Bisa pergi ke manapun ia mau tanpa ada yang menghalangi.

Tidak perlu memikirkan berbagai macam hal yang memberatkan hati, tak perlu merasa takut pada apapun

Pohon

Tubuh kokohnya berdiri tegak penuh wibawa

Walau hujan badai menerpa, ia tetap tegar di sana

Batu

Selalu kuat menghadapi apapun

Selalu memperlhatkan kekerasan luarnya walaupun ternyata dalamnya begitu rapuh

Air

Membawa kesejukan hati bagi orang yang menyentuhnya

Bergerak hanya mengikuti arus tanpa menentangnya, seperti manusia mengikuti takdirnya

Ingin aku seperti keempatnya

Gadis itu lalu menghembuskan napas perlahan. Matanya tetap menatap lurus kolam di depannya tanpa berkedip, lalu akhirnya kembali memandang langit malam dengan rileks.

“Berani juga kau datang. Kukira kau akan kabur,” terdengar suara seseorang dari dekat kolam. Gadis itu menoleh ke sumber suara tersebut, tapi tetap rileks.

“Aku tidak akan lari dari takdirku sendiri,” Gadis itu akhirnya berbicara sambil menatap tajam lawan bicaranya itu.

“Berarti, kau sudah siap mati?” tanya orang tersebut. Tubuhnya tersembunyi di balik kegelapan.

“Huh, aku sudah siap menghadapi takdirku sendiri. Perlihatkanlah sosokmu, Gin.” Orang tersebut menurut. Ia berjalan mendekati gadis itu sehingga wajahnya terlihat jelas. Laki laki itu mengenakan pakaian serba hitam. Rambutnya yang pirang panjang tergerai. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya. Wajahnya terlihat pintar dan juga kejam dengan rokok dimulutnya. Gin.

“Wah wah wah... Kau sudah siap ya? Tapi maaf, karena sekarang tidak ada salju sebagai pengiring kematianmu,” ia berujar. Suaranya yang dingin membuat suasana menjadi lebih mencekam. “Putih, warna favoritmu.”

Gadis berambut coklat itu tersenyum, “Terima kasih sudah mengingat warna favoritku itu.” Ia lalu membetulkan posisi duduknya.

“Sudah siap untuk mati?” Gin merogoh saku mantelnya dan mengeluarkan sebuah pistol berperedam dari dalamnya. Ia lalu mengarahkan pistol itu ke arah gadis berambut coklat yang ada di hadapannya itu sambil tetap tersenyum. “Selamat tinggal, Sherry...”

Gadis yang dipanggil Sherry itu hanya memejamkan matanya sambil tersenyum.

Walaupun aku terus mencoba, tetap saja tidak bisa

Aku tidaklah seperti bintang yang membawa kebahagiaan

Aku tidaklah seperti angin yang bebas

Aku tidaklah seperti pohon yang tegar

Aku tidaklah seperti batu yang kuat

Aku tidaklah seperti air yang membawa kesejukan

Karena aku adalah aku

Tak ada satupun persamaan dariku dengan bintang, angin, pohon, batu, dan air

Karena aku adalah aku

Aku hanyalah seorang gadis yang terbuang

Tak ada satu orangpun yang memerhatikanku

Karena aku adalah aku

Bukan siapa siapa

DOR

Satu tembakan dilepaskan Gin dan pelurunya menghujam jantung gadis malang itu. 
“Selamat tinggal, Sherry. Semoga kau bisa menyusul keluargamu...”

Tapi, ada 1 persamaan diriku dengan bintang, angin, pohon, batu, dan air

Selalu menutup mulut tentang kebenaran

Menyembunyikan suatu hal padahal tahu banyak hal

Hal yang selalu kututup-tutupi? Kenapa?

Alasannya tentu saja karena bila yang bersangkutan mengetahuinya,

Hatinya akan terluka

Aku tak ingin itu terjadi

Karena, aku mencintainya

Kudo Shinichi

Gadis itu akhirnya menghembuskan napas terakhirnya dalam perasaan damai.

Sherry/Miyano Shiho/Haibara Ai telah tiada. Nyawanya dicabut oleh dewa kematian 

No comments:

Post a Comment

Related Posts

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...